Jakarta|ACEHJURNAL.COM Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II 2020 secara tahunan. Angkanya berbanding terbalik dengan kuartal II 2019 yang masih tumbuh 5,05 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebut kontraksi ini menjadi yang pertama sejak kuartal I 1999 silam atau era Presiden Habibie. Saat itu, ekonomi Indonesia minus 6,13 persen.
Jika tidak hati-hati, kondisi itu bisa menyebabkan Indonesia terperosok ke jurang resesi ekonomi.
Apa itu artinya Indonesia sudah masuk ke jurang resesi?
Dalam ilmu ekonomi, negara bisa disebut mengalami resesi apabila ekonominya terkontraksi atau minus dalam dua kuartal berturut-turut. Secara kuartalan Indonesia sebenarnya sudah minus sejak kuartal IV 2019 lalu hingga kuartal II 2020.
Secara kuartalan, ekonomi Indonesia minus 1,74 persen. Kemudian, ekonomi kembali minus 2,41 persen pada kuartal I 2020 dan minus 4,19 persen pada kuartal II 2020.
Ini artinya, ekonomi domestik sudah terkontraksi tiga kuartal berturut-turut kalau dilihat secara kuartalan. Hanya saja, bukan berarti Indonesia sudah masuk ke jurang resesi setelah ekonominya minus tiga kuartal berturut-turut bila dilihat secara kuartalan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perhitungan resesi merujuk pada pertumbuhan ekonomi secara tahunan, bukan kuartalan. Secara tahunan, Indonesia baru tercatat minus pada kuartal II 2020.
“Biasanya dalam melihat resesi itu dari year on year (tahunan) untuk dua kuartal berturut-turut. Jadi dalam hal ini, kuartal II 2020 pertama kali ekonomi Indonesia mengalami kontraksi,” ungkap Sri Mulyani.
Resesi ekonomi telah terjadi di negara-negara Eropa semisal Jerman, Perancis dan Spanyol. Singapura mengalami resesi eknomi, sementara Cina telah berhasil keluar dari resesi ekonomi setelah di kuartal ke II tahun 2020 pertumbuhan ekonomi kembali tumbuh sebesar 3,2 persen.
Sumber: CNN Indonesia