Pencari Depik di Tanoh Gayo

TAKENGON | ACEHJURNAL.COM – Hari masih pagi, Sabtu (14/10/2023). Jarum jam masih menunjukkan pukul 07.15 WIB. Langit di atas kota Takengon, Aceh Tengah terlihat cerah. Meski masih dikepung gumpalan kabut, nuansa oranye dan merah muda ketika matahari mulai muncul di cakrawala. Gemercik air Danau Lut Tawar disertai kicauan burung mengawali momen tenang sebelum hiruk-pikuknya aktivitas.

Arman (46) segera merapikan kain sarungnya. Mengenakan jaket tebal dan topi kupluk untuk melindunginya dari hawa dingin yang lumayan menusuk tulang. Ayah lima putra ini segera menuju ke tepian Danau Lut Tawar. Bersamanya, ia turut membawa seperangkat jaring dan sedikit bekal.

“Saya hendak mencari depik. Hari sudah mulai agak pagi,” ucap Arman.

Setiba di tepian danau, Arman segera merapikan jaring dan meletakkannya ke dalam sampan. Tanpa menunggu lama, ia pun segera mengayuh sampan kecilnya menjauh dari pinggir danau. Sampan berukuran 4×05 meter melaju pelan di air tenang meninggalkan dermaga.

Saat mencari depik, nelayan umumnya mengenakan jaket tebal dan topi kupluk untuk melindunginya dari hawa dingin. Foto Taufik Ar Rifai

Perlu diketahui, ikan depik (Rasbora argyrotaenia) adalah jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam keluarga Cyprinidae. Ikan ini dikenal karena keindahan warna dan pola pada tubuhnya, yang membuatnya populer di kalangan penggemar akuarium.

Ciri-ciri fisik ikan depik biasanya mencakup tubuh yang ramping dan bening, dengan garis-garis horizontal yang khas di sisi tubuhnya. Bagian bawah tubuhnya biasanya berwarna keperakan atau keputihan. Ikan depik tidak terlalu besar, dengan ukuran umumnya sekitar 4-6 sentimeter, meskipun ada beberapa variasi ukuran dalam spesies ini.

Ikan depik memiliki sifat yang damai dan biasanya berenang dalam kelompok. Di alam liar, mereka dapat ditemukan di perairan tawar seperti sungai, danau, atau rawa-rawa yang mengalir dengan tenang. Karena keindahannya dan sifatnya yang damai, ikan depik sering menjadi pilihan populer sebagai ikan hias untuk akuarium. Mereka relatif mudah dipelihara dan dapat hidup dalam kelompok yang harmonis dengan ikan-ikan hias lainnya.

Selain depik, ada bermacam jenis ikan air tawar lainnya yang dibudidayakan oleh nelayan setempat. Misalnya ikan mas, mujair, nila dan ikan relo dalam keramba-keramba yang dipasang di sepanjang sisian danau. Foto Taufik Ar Rifai

Bagi masyarakat Tanoh Gayo, aktivitas mencari ikan depik sudah menjadi mata pencaharian mereka, sekaligus kegiatan merawat budaya. Jaring-jaring diangkat, lalu ikan khas danau itu diangkut ke dalam sampan. Pada Juni dan Juli, ikan depik memang sedang banyak-banyaknya. Aktivitas menjaring ikan depik yang dilakukan secara turun temurun ini dikenal sangat ramah lingkungan karena tidak merusak ekosistem danau. Selain melihat aktivitas nelayan pencari depik, pengunjung juga bisa menikmati pesona alam lainnya di wilayah Daratan Tinggi Gayo. Selain keindahan danau Luttawar, ada sejumlah destinasi lainnya yang cukup terkenal di Tanoh Gayo. Sebut saja pacuan kuda, minum kopi arabica khas Gayo langsung dari ladangnya, wisata arung jeram dan sejumlah destinasi menarik lainnya.

Aktivitas pagi masyarakat suku Tanoh Gayo. Foto Taufik Ar Rifai

Sementara itu, anggota DPR Aceh Bardan Sahidi mengatakan, aktivitas menjaring ikan depik umumnya banyak dilakoni warga usai subuh. Mereka selalu memasang jaring ikan pada sore haeri dan mengambil hasilnya pada besok subuh.

“Sebelumnya, tradisi menangkap ikan depik ini dilakoni warga turun temurun dengan menggunakan didisen. Sejenis perangkap ikan depik yang kini sudah tinggal sejarah. Selain depik, ada beberapa jenis ikan air tawar lain. Misalnya ikan mas, mujair, nila dan ikan relo. Ikan-ikan ini dibudidayakan dalam keramba-keramba yang dipasang di sepanjang sisian danau,” ujar Bardan Sahidi.

Selain melihat aktivitas nelayan mencari depik. Pengunjung juga dapat menikmati keindahan Danau Luttawar yang masih asri dan sejuk. Foto Taufik Ar Rifai

Bardan menyebutkan, ikan depik yang dijual di pasar terbagi dua jenis, yaknis jenis basah dan kering. Untuk depik basah harganya berkisar Rp 120 hingga Rp150 ribu per bambu. Sementara ikan jenis depik kering harganya berkisar Rp 160 hingga Rp 200 ribu per bambu.

“Satu bambu takarannya satu liter. Mahal atau murahnya harga ikan depik ini tergantung musim,” ujar Bardan Sahidi lagi.

Sinar mentari perlahan terlihat menyembul dari bukit sebelah timur danau. Arah jarum jam sudah menujukkan pukul 10.25 WIB. Perahu-perahu nelayan mulai kembali menepi ke dermaga. Mereka berlabuh membawa hasil. Rona bahagia dan sumringah terlihat dari mereka karena membawa hasil tangkapan untuk dijual ke pasar. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_imgspot_img

HEADLINES

BERITA TERKAIT