PIDIE| ACEHJURNAL.COM – Jarum jam menunjukkan pukul 07.15 WIB, Sabtu (18/02/2023). Gumpalan kabut masih menyelimuti perbukitan. Amir (45) dan istrinya sudah meninggalkan rumah menuju sawah yang berjarak dua kilometer dari Gampong Blang Bungong, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie.
Hawa dingin tak menyurut langkah mereka melintasi sungai yang membelah desa. Mereka rela bergumul dalam kabut yang masih menghalangi jarak pandang.
Selain berdagang, kehidupan masyarakat Tangse tak bisa terpisahkan dari hutan dan berkebun. Ini dikarenakan alam Tangse berlanskap pegunungan dan persawahan yang luas membentang.
Sungai jernih mengalir deras di celah-celah perbukitan di Tangse. Foto Taufik Ar Rifai
Kontur wilayah berbukit dengan suhu udara yang dingin, anak-anak sungai jernih mengalir di pinggang bukit, Tangse laksana sekeping bagian dari surga yang terhempas ke bumi.
Tanah Tangse seperti punya takdir tak bisa menolak untuk ditanami apa saja yang sejurus kemudian menghasilkan produk primadona bagi masyarakat Aceh. Belum lagi berbicara hasil sungai yang mengairi sawah dan tanah subur di Tangse. Di sela-sela batu dalam air jernih sebening kaca, hidup beranak pinak ikan Keureuling yang konon merupakan makanan raja-raja Aceh tempo dulu.
Masyarakat Tangse gigih mempertahankan keunggulannya dengan merawat apa yang telah mereka miliki. Orang-orang di sana bahagia kala sinar mentari dari ufuk timur datang. Burung-burung bertengger di dahan kayu sambil berkicau mengiringi langkah kaki tua muda turun ke sawah dan ke ladang.
Tak hanya dikenal legitnya durian dan gurihnya ikan keureulieng, Tangse juga memiliki beras super. Salah satunya adalah “breuh cantek” atau beras cantik khas Tangse. Beras ini dahulu pernah berjaya dan tumbuh subur di kawasan daratan tinggi Tangse, Mane dan Geumpang. Namun saat Aceh didera konflik berkepanjangan, penghilan beras cantik kian menyusut. Tapi kini, situasi Aceh yang kembali kondusif, para petani kembali menanam padi tersebut.
Beras cantik ini juga disebut beras pulen (legit) dan rasanya paling enak dari beras jenis lain. Ini disebabkan pengaruh air yang mengalir dari celah-celah batu gunung beriklim dingin.
Aktifitas ini juga dilakoni petani lainnya ketika memasuki musim tanam padi tiba yang bersamaan penghujan. Amir menjelaskan, dirinya bersama warga lainnya sudah mulai menanam padi dan dipastikan akhir Februari selesai tanam.
“Target kita sudah mulai tanam bisa selesai sebelum bulan Ramadhan,” ucap Amir saat ditemui AcehJurnal.com.
Menurutnya, musim tanam serentak ini juga turut dilakukan oleh beberapa kemukiman dan gampong dalam kecamatan Tangse secara bersamaan.
“Kita berharap nanti bisa panen bersamaan,” pungkasnya. []