SIGLI | ACEHJURNAL.COM – Ada banyak cara untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW bagi masyarakat Aceh. Peringatan yang dikenal istilah Maulid Nabi ini kerap menyuguhkan aneka hidangan spesial sebagai salah satu perwujudkan rasa syukur.
Seperti diketahui, perayaan Maulid Nabi dengan menyelenggarakan serangkaian acara mulai dari zikir, tausiah agama, memberikan santunan kepada anak yatim-piatu, hingga makan kenduri bersama yang diselenggarakan di meunasah-meunasah. Menu yang disajikan pun cukup beragam. Namun yang menjadi ciri khas di Aceh, khususnya bagi masyarakat Pidie ini adalah sajian lemang. Bagi masyarakat Tangse, memasak lemang yang merupakan tradisi warisan ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 1439 Hijriah yang jatuh pada Kamis (29/10) besok.
Sejumlah desa di pedalaman Kabupaten Pidie, terlihat sejumlah penduduk di daerah tersebut, sejak pagi hari mulai melakukan aktivitas menanak lemang sebagai penganan khas asli Aceh tersebut.
“Ini sudah menjadi tradisi dari sejak dulu saat memasuki bulan maulid,” kata Edy Azhari, warga Gampong Blang Dhot, Kecamatan Tangse pada Rabu (28/10).
Seperti diketahui, lemang terbuat dari pulut atau ketan yang dicampur dengan santan dan garam lalu dilapisi daun pisang, serta dibakar menggunakan bambu.
Adapun tatacara membakar lemang adalah dengan posisi di bagian tengah bambu yang agak dimiringkan pada tiang penyangga. Agar masaknya rata, maka bambu-bambu tersebut dibakar dengan kayu api.
Sapaan Edy Tangse ini mengaku, aktivitas membakar penganan khas yang berada di dalam batang bambu tersebut memakan waktu paling cepat sekitar delapan jam lamanya.
“Paling cepat sekitar enam jam jika kondisi apinya bagus. Waktu dibakar pub harus kita jaga dengan teliti agar tidak matang sebagian,” pungkasnya. []