Meneropong Jejak Hagya Sophia di Trabzon Ujung Timur Turki

Kontributor: Rizqan Kamil

Kebanyakan masyarakat Indonesia ketika membahas Hagya Sofia tentu langsung tertuju ke Hagya Sofia Istanbul yang terkenal megah dan selama berabad-abad menjadi ikon kota Istanbul.

Namun jauh di ujung timur Turki, tepatnya di provinsi Trabzon, terdapat satu Hagya Sofia lainnya. Meskipun lebih kecil dan kurang terkenal daripada Hagya Sofia Istanbul, Hagya Sofia ini juga memiliki khas arsitektur yang luar biasa. Posisinya tepat di kota Trabzon, Hagya Sofia kecil atau kini disebut Hagya Sofia Trabzon adalah salah satu destinasi utama jika berkunjung ke wilayah Laut Hitam Turki.

Terletak di atas bukit dan menghadap ke arah laut, Hagya Sofia tidak hanya menawarkan destinasi sejarah, namun juga pemadangan dari berbagai sudut. Pengunjung dapat menikmati angin sejuk, melihat pelabuhan nan sibuk, meneropong stadiun bola kebanggaan masyarakat Trabzon dan lalu lalang kendaraan di jalan raya Laut Hitam.

Kota Trabzon yang terletak di ujung timur Turki

Menilik sejarah, Hagia Sophia Trabzon adalah sebuah gereja yang dibangun antara tahun 1250-1260 oleh Kaisar Manuel I (1238-1263) dari Dinasti Komninos, yang melarikan diri ke Trabzon setelah pendudukan Istanbul oleh orang Latin. Namun setelah penaklukan Trabzon oleh Fatih Sultan Mehmed tahun 1461, bangunan gereja ini kemudian disulap menjadi masjid dengan penambahan mimbar dan balai muazin tahun 1584.

Bangunan di dalam Hagya Sofia yang kini digunakan sebagai masjid.

Selama Perang Dunia I, kota Trabzon diduduki oleh militer Rusia dan Hagya Sofia dialihfungsikan sebagai rumah sakit dan depo darurat. Setelahnya digunakan kembali sebagai masjid hingga tahun 1964, dialihfungsikan lagi menjadi museum selama 52 tahun. Antara 1958 dan 1964 mozaik kekristenan yang terlukis di dinding ditemukan dan dibersihkan oleh para ahli dari Universitas Edinburgh dan Direktorat Yayasan Turki.

Mozaik di pintu masuk Hagya Sofia Trabzon

Para ahli memperkirakan lebih dari seperenam dari dekorasi asli masih utuh di berbagai sudut dinding. Mozaik-mozaik temuan ini adalah karya asli yang dianggap sebagai bagian dari ‘Renaisans Palaiologi‘ Bizantium.

Tahun 2012, otoritas agama Turki (Diyanet) memenangkan gugatan bahwa bangunan gereja Hagya Sofia adalah hak kelola Diyanet, sehingga Kementerian kebudayaan tidak berhak mengubahnya menjadi museum. Pada tanggal 5 Juli 2013, bekas gereja tersebut sah diubah kembali menjadi masjid. Pekerjaan rekonstruksi kemudian dimulai dimana lukisan dinding ditutup dengan karpet. Selama shalat berlangsung, mozaik-mozaik kekristenan yang terdapat di setiap dinding ditutup oleh tirai dan karpet.

Karpet penutup sisa ukiran dan lukisan mozaik kekristenan yang digunakan ketika shalat.

Selama berlanjutnya renovasi dari 2018 hingga 2020, Hagya Sofia Trabzon ditutup untuk pengunjung. Tepat tanggal 28 Juli 2020, dua minggu setelah perubahan Hagya Sofia Istanbul menjadi masjid, melalui konferensi video, Presiden Erdoğan juga membuka kembali Masjid Hagya Sophia yang dibarengi dengan pembukaan Biara Sumela Monastery, salah satu biara Ortodox yang juga terdapat di Trabzon.

*Mahasiswa pascasarjana asal Aceh di Turki

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_imgspot_img

HEADLINES

BERITA TERKAIT